tag:blogger.com,1999:blog-4576705485269529852023-06-20T06:32:25.561-07:00KONSEP DAN HAKEKAT MANAJEMENKU TITIPKAN SEKELUMIT TULISANKU INI SEMOGA BERGUNA UNTUK PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
WALAU DIRI INI MASIH MEMPUNYAI ILMU YANG SANGAT DANGKALGATOT JARIONOhttp://www.blogger.com/profile/03889146754403342083noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-457670548526952985.post-55310381509579603582011-09-30T20:04:00.000-07:002011-09-30T20:04:35.170-07:00Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga<div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b>Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga</b></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b>Hakekat Pelaksanaan Pembelajaran</b></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b>Oleh Gatot Jariono </b></span></div>Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 menentukan jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah 28 orang peserta didik untuk SD, dan 32 orang peserta didik untuk satuan pendidikan SMP/SMA/SMK atau yang sederajat. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Buku teks pelajaran yang akan digunakan dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku-buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri. Rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1:1 per mata pelajaran (satu banding satu/mata pelajaran).Selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya. Guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.<br />
<a name='more'></a><br />
Menurut Husdarta (2009: 164) dalam pelaksanaan pembelajaran akan terjadi suatu transfer dari guru kepada peserta didik atau sebaliknya. Ada tiga aspek yang terkait dengantransfer belajar yaitu:<br />
a. Peranan transfer dalam kondisi belajar skill seperti mempertimbangkan drill dalam sepakbola atau memperhatikan hasil latihan melakukan tembakan bebas dalam permainan bolabasket dengan melakukan tembakan bebas pada saat bertanding.<br />
b. Bagaimana transfer itu diukur? Transfer ini dapat diestimasi peningkatan atau penurunan keterampilan sebagai hasil darilatihan atau pengalaman dan transfer ini pula dapat bersifat positif atau negatif tergantung pada tugasnya.<br />
c. Transfer sebagai sebuah kriteria untuk belajar seperti tes retensi dalam hal ini ada dua kriteria transfer yaitu: (1) near transferartinya tujuan belajar yang relatif sama dengan tugas latihan dan,(2) near transfer artinya tujuan belajar berbeda dengan kondisi latihan yang sesungguhnya.<br />
<br />
Dalam pengelolaan kelas, guru harus memperhatikan: (1) mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan, (2) volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik, (3) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik, (4) menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik, (5) menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan kepatuhan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, (6) memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, (8) menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi, (9) menghargai pendapat peserta didik, (10) memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi, (11) pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya, (12). guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.<br />
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan, guru: (1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, (3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, dan (4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.<br />
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran interaktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjalin kerjasama yang bermakna dengan teman dan guru. Pembelajaran inspiratif adalah pembelajaran yang mendorong dan memicu peserta didik untuk mencari temukan hal-hal yang baru dan inovatif. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang memungkinkan siswi belajar dalam suasana tanpa tekanan, bebas, terlibat secara psikis dan fisik. <br />
Pembelajaran yang menantang adalah pembelajaran dimana peserta didik dihadapkan pada masalah, persoalan-persoalan dilematis, yang jawabannya membutuhkan kreativitas dan kemungkinan-kemungkinan baru sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Pembelajaran yang memotivasi adalah pembelajaran yang mendorong dan memberi semangat pada peserta didik untuk mencapai prestasi, berkompetisi, berani mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri dengan materi pembelajaran.<br />
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Eksplorasi merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencaritemukan berbagai informasi, pemecahan masalah, dan inovasi. Elaborasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri melalui berbagai kegiatan dan karya yang bermakna. Konfirmasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan bagi peserta didik untuk dinilai, diberi penguatan dan diperbaiki secara terus-menerus.<br />
Dalam kegiatan penutup, guru: (1) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, (2) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, (3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, (4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan (5) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.<br />
Uno (2010:2) mengutip pendapat Degeng yang mengatakan bahwa “Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.”<br />
Menurut Munandir (2009: 48):<br />
”Pembelajaran itu suatu sistem,satu kebulatan sistem. Dalam pendidikan pada latar sekolah, sistem pembelajaran ada bersama dengan sistem bimbingan dan sistem administrasi-pengelolaan-supervisi; ketiganya subsistem,bagian dari sistem pendidikan di sekolah.”<br />
<br />
Suwati mengungkapkan (2008: 21) “Konsep dasar pembelajaran adalah melakukan proses perubahan kemampuan peserta didik,khususnya pada aspek positif dari kehidupan.”<br />
Selanjutnya Mulyana (2010: 12) mengatakan bahwa “keberhasilan peserta didik dalam belajar,tidak lepas dari kepintaran guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru yang cerdas dan hebat mempunyai banyak metode pembelajaran.”<br />
Menurut Mulyasa (2007: 21),”pembelajaran harus menekankan pada praktek, dengan pendayagunaan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.” Pendapat tersebut sejalan dengan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang lebih menekankan pada pembelajaran praktek.<br />
Penjas merupakan suatu mata pelajaran spesifik yang diajarkan di sekolah karena melibatkan 3 (tiga) domain sekaligus.Melalui pembelajaran penjas,peserta didik diharapkan sehat jasmani dan rohani. Husdarta (2009: 9) mengatakan bahwa “pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik,domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif.” Kerangka pemikiran tersebut menurut Husdarta (2009: 19) dapat dilihat sebagai berikut:<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 2.1. Domain Pembelajaran Penjas<br />
Menurut Lutan,dkk. (2002: 47) bahwa pendidikan jasmani merupakan inti dari pendidikan.Dia juga berpendapat bahwa nilai penting dari olahraga adalah solidaritas.Partisipasi seseorang dalam pendidikan jasmani membina kebiasaan untuk aktif di sepanjang hidupnya.Karena itu, program pendidikan jasmani harus dapat membangkitkan motivasi untuk mencapai pola hidup sehat, toleransi, dan selain itu memperkenalkan kenikmatan jasmaniah dari kegiatan berolahraga. <br />
Mirman, dkk (2007: 7-8) mengutarakan tentang tujuan pendidikan jasmani yaitu (a) pengembangan individu secara organis, (b) pengembangan individu secara Neuromuskuler,(c) pengembangan individu secara intelektual, (d) pengembangan individu secara emosional.<br />
Husdarta (2009: 76) mengatakan bahwa “sebagai bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan,pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang memiliki kedudukan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia.”GATOT JARIONOhttp://www.blogger.com/profile/03889146754403342083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-457670548526952985.post-76382463657383718072011-09-30T19:37:00.000-07:002011-09-30T19:38:44.676-07:00Unsur-Unsur Manajemen<span style="font-size: large;">GATOT JARIONO</span><br />
Unsur-Unsur Manajemen<br />
Manajemen merupakan sebuah objek yang sangat penting karena ia mempersoalkan penetapan serta pencapaian tujuan-tujuan. Manajemen tidak saja mengidentifikasikan, menganalisis dan mengkombinasikan secara efektif bakat orang-orang dan mendayagunakan sumber-sumber tersebut kadang-kadang dinyatakan 6M dari manajemen, yaitu (1) men, tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif, (2) money, uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (3) methods, cara-cara yang dipergunakan dalam mencapai tujuan, (4) materials, bahan-bahan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, (5) machines, mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan/dipergunakan untuk mencapai tujuan, (6) markets, pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.<br />
<a name='more'></a><br />
Sumber-sumber tersebut dipersatukan dan ditetapkan dapat tercapai dengan ketentuan bahwa segala sesuatu yang berlangsung dalam batas-batas waktu, usaha, serta biaya yang ditetapkan (Brantas, 2009: 13)<br />
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini. <br />
Menurut George R Terry (2003: 9) terdapat empat fungsi manajemen, yaitu: “(1) planning (perencanaan), (2) organizing (pengorganisasian), (3) actuating (pelaksanaan), dan (4) controlling (pengawasan). <br />
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen khususnya pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran George R Terry (2003: 9), meliputi: “(1) perencanaan (planning), (2) pengorganisasian (organizing), (3) pelaksanaan (actuating) dan (4) pengawasan (controlling).<br />
a. Perencanaan (Planning)<br />
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. Menurut T. Hani Handoko (1995: 79) menyatakan bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu: “(1) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan, (2) merumuskan keadaan saat ini, (3) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan, (4) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.” Dari pendapat tersebut diatas, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu: (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.<br />
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya. <br />
Pada bagian lain, T. Hani Handoko (1995) memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut: <br />
1. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.<br />
2. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang.<br />
3. Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan.<br />
Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.<br />
b. Pengorganisasian (Organizing)<br />
Pengorganisasian (organizing). Menurut George R. Terry (1986: 73) merupakan kegiatan dasar dari manajemen, dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.<br />
Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.<br />
Sudjana (2000: 138) mengemukakan bahwa pengorganisasian dilakukan melalui langkah-langkah yang berurutan. Pertama, memahami tujuan yang akan dicapai dan kegiatan yang telah disusun dalam rencana. Kedua, menjabarkan kegiatan menjadi rincian pekerjaan. Ketiga, menentukan persyaratan ketenagaan, menerapkan peraturan dan merekrut tenaga sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Keempat, memadukan tenaga, sumber-sumber lain dan pekerjaan kedalam organisasi yang cocok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Singkatnya pengorganisasian menghasilkan organisasi yang harus dan dapat mendukung penjabaran rencana mencapai tujuan yang telah ditetapkan.<br />
c. Pelaksanaan (Actuating)<br />
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi<br />
Dalam hal ini, George R. Terry (1986: 17) mengemukakan bahwa actuating disebut juga gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. <br />
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.<br />
d. Pengawasan (Controlling)<br />
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Menurut Schermerhorn, Hunt dan Osborn (dalam Sudjana, 2000: 229) bahwa pengawasan adalah upaya memantau penampilan para pelaksana program dan upaya memperbaiki kegiatan. Mengawasi adalah suatu mekanisme kegiatan untuk memelihara agar pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai sesuai dengan rencana. Selanjutnya dikatakan bahwa pengawasan berkaitan dengan upaya penyusunan standar, pengukuran hasil atas dasar standar yang telah disusun dan penentuan upaya perbaikan pengawasan yang efektif memberikan manfaat penting bagi organisasi seperti penyajian standar pencapaian tujuan, pengukuran yang akurat, pengalokasian imbalan, penetapan sanksi dan pengumpulan serta pengolahan bahan untuk perbaikan kegiatan. <br />
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.<br />
Adapun langkah-langkah pokok pengawasan menurut Sudjana (2000: 233) dirumuskan sebagai berikut: “(1) menetapkan tolok ukur mengenai hasil pencapaian tujuan dan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut, (2) mengukur penampilan pelaksana dalam melakukan kegiatan, (3) membandingkan penampilan dengan tolok ukur yang telah ditetapkan, dan (4) memperbaiki kegiatan apabila dipandang perlu, sehingga kegiatan itu sesuai dengan rencana.”<br />
Ke empat langkah pokok tersebut berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.<br />
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.<br />
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.<br />
<br />
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alpha Beta.<br />
<br />
Susilo, Muhammad Joko, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. <br />
<br />
Suyanto, M., 2005, Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Yogyakarta, Penerbit ANDI,.<br />
<br />
Terry R George dan Rue W Leslie. 2003. Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara<br />
<br />
Terry R George. 1986. Prinsip-prinsip Manajemen, (Terjemahan J SMITH DFM). Jakarta: Bumi AksaraGATOT JARIONOhttp://www.blogger.com/profile/03889146754403342083noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-457670548526952985.post-27134385731837613652011-09-30T19:12:00.000-07:002011-09-30T19:12:43.151-07:00definisi manajemenGatot Jariono<br />
1. Manajemen<br />
1). Pengertian<br />
Menurut George R Terry dan Leslie W.Rue (2003: 1) bahwa pengertian manajemen adalah: “suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah managing pengelolaan, sedang pelaksanannya disebut manager atau pengelola.”<br />
<a name='more'></a><br />
Dalam bahasa inggeris manajemen berasal dari kata kerja to manage yang dalam bahasa Indonesia berarti mengurus, mengemudikan, mengelola, menjalankan, mebina dan memimpin. Sama halnya dengan administrasi. Kata manajemen juga berasal dari bahasa latin yaitu dari asal kata mantis yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Manager diterjemahkan kedalam bahasa inggeris dalam bentuk kata kerja to manage. Dengan kata benda “management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya management diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan” (Brantas, 2009: 5).<br />
Menurut George R Terry (dalam Brantas, 2009: 7) “manajemen adalah usaha usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dengan menggunakan kegiatan orang lain.” Sedangkan menurut Albert Lepawsky (dalam Brantas, 2009: 7) bahwa “manajemen adalah tenaga atau kekuatan yang memimpin, memberi petunjuk dan membimbing suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan yang ditentukan terlebih dahulu.” Menurut John D Millet (dalam Brantas, 2009: 7) “manajemen adalah proses pembimbingan, pengarahan serta pemberian fasilitas kerja kepada orang-orang yang diorganisir dalam kelompok-kelompok jurnal untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.”<br />
Dalton E.MC Farland (dalam Brantas, 2009: 7) berpendapat bahwa “manajemen adalah suatu proses yang mana manajer sebagai mencipta, mengarahkan, memelihara dan melaksanakan tujuan organisasi melalui koordinasi dan kerjasama dari usaha manusia.” “Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan kegiatan orang lain” (dalam Harsuki, 2003: 143) <br />
Dari pengertian istilah dan berbagai batasan yang dikemukakan para ahli tersebut, tampaknya setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang arti istilah atau berbeda dalam memberikan definisi. Beberapa ahli menggunakan kata manajemen sebagai kata benda kolektif yang menunjukkan manajemen sebagai suatu kelompok didalam organisasi. Yang lain mendfinisikan manajemen sebagai suatu proses yang menunjukkan penampilan dari fungsi-fungsi khusus dan banyak para ahli yang berpendapat manajemen sebagai suatu ilmu, seni, karier ataupun sebagai profesi manajemen juga menunjukkan sebagai suatu disiplin pengajaran dan bidang tertentu.<br />
<br />
Manajemen menurut Parker (dalam Brantas, 2009: 8) “ialah seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (the art of getting things done through people).” “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu” (dalam Hasibuan, 2009: 1)<br />
Brantas (2009: 24-25) mengatakan bahwa “ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang telah disitimasir yang juga dihubungkan dengan kebenaran umum yang meliputi fenomena subjek, objek atau situasi tertentu,” sedangkan seni adalah Pengetahuan bagaimana,mencapai hasil yang di inginkan, la adalah kecakapan yang di peroleh dari pengalaman,pengamatan, dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen Ilmu karena telah memenuhi syarat keilmuan, yaitu : mempunyai objek pengenal, tersusun secara sistematis, dapat di jadikan suatu teori serta bersifat objektif dan bebas dari prasangka. Maka dengan demikian manajemen adalah merupakan ilmu sebab syarat-syarat tersebut telah di penuhi olehnya. Apabila kita meneropong manajemen dari segi seni (art), maka yang di maksud bukanlah sesuatu yang halus (fine art) seperti music, drama, lukisan, sastra ataupun seni pahat, tetapi seni manajemen disini di maksudkan sebagai suatu kemahiran penerapan ilmu pengetahuan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang di kehendaki.<br />
Terlepas dari segi mana para ahli itu memandang manajemen dan mengemukakan defenisinya, pada hakekatnya definisi itu mengandung dasar falsafah dan unsur-unsur yang bersamaan yang terletak pada: <br />
1. Di dalam manajemen terdapat tujuan yang ingin di capai yang telah di tetapkan terlebih dahulu ( adanya pre determined objectives)<br />
2. Dalam pencapaian tujuan tersebut manajer tidak selalu mengerjakan sendiri tetapi melalui pendelegasian wewenang. Kegiatan dilakukan oleh para bawahan berdasarkan hierarki organisasi dengan mempergunakan orang-orang atau pegawai (kegiatan dilakukan through the effort of other people).<br />
3. Dalam proses pencapaian tujuan dilakukan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan bimbingan dan pengawasan sehingga penggunaa factor-factor human dan non human dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien (how to manage of effectively). <br />
Jadi, didalam pengertian manajemen, kita akan dapat melihat orang-orang dalam menyelesaikan tugasnya berdasarkan pembagian kekuasaan, fungsi melalui hierarki organisasi dari atas ke bawah dalam memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan mempergunakan cara-cara pengerjaan yang telah di tentukan dalam pencapaian tujuannya. Apabila alasannya demikian, maka manajemen dapat di berikan batasan sebagai suatu system pendayagunaan dan pengendalian sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.<br />
Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Dilain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah administrasi pendidikan. <br />
Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.GATOT JARIONOhttp://www.blogger.com/profile/03889146754403342083noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-457670548526952985.post-40092116806140267702011-09-30T19:09:00.000-07:002011-09-30T19:09:16.189-07:00Hakekat dana bantua gratis<span style="font-size: large;">Gatot Jariono </span><br />
1. Konsep Manajemen Dana Bantuan Pendidikan Gratis<br />
1). Pembiayaan Pendidikan<br />
Mulyasa (2004) menjelaskan bahwa biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik keuangan sekolah. Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan sumber-sumber keuangan sekolah dari hasil (output) sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisis biaya satuan. (unit cost) persiswa.<br />
<a name='more'></a><br />
Pembiayaan pendidikan bertitik tolak pada prinsip-prinsip ekonomi, sehingga sebagian besar analisis ekonomi baik mikro maupun makro dapat digunakan untuk menganalisis masalah-masalah pendidikan. Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya proses pendidikan di sekolah tidak akan dapat berjalan. Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga. (Supriadi, 2004:135). Biaya dan mutu pendidikan mempunyai keterikatan secara langsung. Biaya pendidikan memberikan pengaruh yang positif melalui faktor kepemimpinan dan manajemen pendidikan, dan tenaga pendidik yang berkompeten dalam meningkatkan pelayanan pendidikan melalui peningkatan mutu yang berpengaruh terhadap proses belajar-mengajar (Tilaar,1994:57). Sejalan dengan Muslim (2004) menyatakan bahwa biaya adalah salahsatu diantara sekian banyak faktor penentu mutu pendidikan yang tidak dapat dihindarkan yang berfungsi dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar.<br />
Biaya pendidikan yang tertuang dalam pembiayaan pendidikan dalam penelitian ini terbatas pada jenis biaya langsung (direct cost) yang sifatnya budgeter dan tidak langsung (indirect cost) terhadap proses belajar mengajar atau biaya yang diperoleh dan dibelanjakan oleh sekolah.<br />
Hal ini berarti bahwa biaya-biaya yang tidak bersifat budgeter seperti yang dibelanjakan oleh murid untuk kepentingan sendiri seperti kebutuhan alat dan jajan dan biaya kesempatan (opportunity cost) tidak termasuk dalam pembiayaan pendidikan dalam penelitian ini. Demikian halnya pula dengan biaya penyusutan atau depresi seperti nilai bangunan dan nilai sarana tidak diperhitungkan karena sulit diprediksi atau tidak tersedia.<br />
Menurut Mulyasa (2004: 124) biaya yang dikeluarkan selanjutnya dirata-ratakan per komponen pendidikan sebagai biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pendidikan di sekolah per tahun anggaran. Biaya ini merupakan fungsi dari besarnya pengeluaran sekolah serta banyaknya murid disekolah. Demikian, biaya rata-rata ini dapat diketahui dengan cara membagi seluruh jumlah pengeluaran sekolah perkomponen dengan jumlah murid di sekolah pada tahun yang bersangkutan.<br />
Seiring dengan berkembangnya pemerintahan pemberlakuan otonomi daerah melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pemerintah menyelaraskan penetapan strategi pendidikan yang disebut sebagai kemitraan. Pemerintah atau negara menyelenggarakan pendidikan dengan membangun sekolah sebanyakp-banyaknya sesuai dengan kemampuannya. Untuk menutupi kekurangannya, pemerintah bekerja sama dengan pihak masyarakat melalui komite sekolah guna menutupi pembiayan pendidikan yang berlansung di dalamnya.<br />
Daftar Pustaka<br />
Mulyasa,E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya<br />
<br />
Mulyasa. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.<br />
<br />
Mulyana.2010. Rahasia Menjadi Guru Hebat,Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa. Jakarta:Grasindo.<br />
<br />
Munandir.2009.Kapita Selekta Pendidikan.Jakarta: AV. Publisher.<br />
<br />
Permendiknas, No. 49,19,15, 13 Tahun 2007, Jakarta: Sinar GrafikaGATOT JARIONOhttp://www.blogger.com/profile/03889146754403342083noreply@blogger.com0